Asing lihat per sektor dalam pengembangan superblok

Senin, 08 Agustus 2011

Arief Rahardjo, Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield, mengatakan hal tersebut karena adanya perbedaan permintaan dan persediaan pasar properti pada suatu lokasi sehingga asing lebih tertarik untuk melihat per sektor dalam pembangunan kawasan terpadu tersebut. "Pertama asing melihat ke developer-nya terlebih dahulu, kemudian mempertimbangkan besaran imbal hasil [yield]. Karena adanya perbedaan pasar properti baik demand dan supply-nya, biasanya asing lebih melihat per sektor dan masuk pada sektor tertentu saja seperti perumahan dan apartemen service, perkantoran lebih banyak oleh pengembang lokal," tutur Arief saat dihubungi Bisnis, kemarin. Namun, menurut Arief, saat ini potensi pengembangan superblok yang siap untuk dikerjasamakan antara investor asing dan pengembang lokal masih sangat terbatas, padahal banyak investor asing yang tertarik masuk ke Indonesia. "Saat ini investor asing lumayan aktif berinvestasi di Indonesia, banyak yang sudah tertarik. Tetapi potensi yang ready untuk dikerjasamakan masih terbatas. Kalaupun ada proyek superblok biasanya dibangun sendiri oleh pengembang lokal, itulah yang menyebabkan jarang kami lihat investor asing berinvestasi membangun superblok," imbuhnya. Bagus Adikusumo, Direktur PT Colliers International, mengatakan saat ini kecenderungan pengembangan bisnis properti oleh investor secara internasional memang mengarah pada pengembangan superblok. Alasannya, sistem pembangunan dapat dikerjasamakan dengan beberapa investor, juga karena ada penghematan dalam biaya pembebasan lahan.

0 komentar:

Posting Komentar